Subscribe Us

header ads

JURNAL KULIAH UMUM PEMBATIK 2020 LEVEL IV (BERBAGI)

Assalamu 'Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh........

        Program seleksi PembaTIK Duta Rumah Belajar (DRB) 2020 Pusdatin Kemdikbud telah sampai ke Level 4 Berbagi, setelah sebelumnya dimulai dari Level 1 Literasi, Level 2 Implementasi dan Level 3 Kreasi..... Dari 70.312 peserta yang mengikuti dari Level 1 telah terseleksi 1.020 peserta yang lolos ke Level 4. Jumlah peserta yang lolos Level 4 merupakan 30 peserta terbaik tiap propinsi masing-masing.
       
Kegiatan Level 4 Berbagi yang diikuti oleh 1.020 peserta dari guru-guru terbaik di tiap propinsi oleh Pusdatin Kemdikbud diawali dengan Kuliah Umum PembaTIK Level 4 Berbagi. Kuliah Umum PembaTIK Level 4 Berbagi menghadirkan beberapa narasumber ahli di bidangnya masing-masing, terlebih lagi kegiatan Kuliah Umum ini diawali dengan sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak Nadiem Anwar Makarim, BA., M.B.A.

        Kuliah Umum PembaTIK Level 4 Berbagi mengangkat tema "Berbagi Inovasi Pembelajaran Berbasis TIK Mewujudkan Merdeka Belajar" dilaksanakan mulai tanggal 14 September sampai 18 September 2020.

Berikut catatannya...

Nadiem Anwar Makarim, Senin 14 September 2020
    Saya ingin menyampaikan betapa bangganya saya ketika mengetahui program pelatihan guru PembaTIK tahun ini diikuti lebih dari 60.000, atau 1000 persen peningkatannya dari pertama kali kegiatan ini diselenggarakan dua tahun lalu. Situasi saat ini memaksa kita supaya lebih keras dan lebih cerdas sehingga pembelajaran dapat berlangsung. Oleh karena itu, kompetensi guru dalam penguasaan teknologi menjadi krusial.Guru adalah bibit penggerak pendidikan. Guru-guru harus bisa berinisiatif dan memiliki semangat tinggi dalam meningkatkan kompetensinya menghadapi tuntutan zaman
Lebih lengkapnya di .....
  https://youtu.be/CvcT4MixXZU

Hasan Chabibie, Senin 14 September 2020
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terus mempopulerkan platform Rumah Belajar sebagai sumber belajar siswa di masa pandem Covid-19, salah satunya dengan menggunakan influencer. Namun bukan dari kalangan selebritas, tapi dari para tenaga pendidik
Influencer kami adalah guru-guru yang secara ikhlas membantu menggaungkan Rumah Belajar. Duta yang terpilih secara kolaboratif dan sinergis berbagi ilmu, pengalaman dan bertukar wawasan dengan semua guru dari seluruh Indonesia. Duta Rumah Belajar yang terpilih selain melaksanakn tugas pokoknya, juga menjadi inisiator implementator gagasan di tingkat lokal yang secara tidak langsung menigkatkan pemanfaatan TIK sebagai sarana pembelajaran secara nasional. Lebih lengkapnya di ....  https://youtu.be/CvcT4MixXZU

Charles Bonar Sirait, Selasa 15 September 2020
        Menjalani profesi dalam sebuah korporasi membutuhkan kombinasi antara pengetahuan, talenta dan kemampuan menjalin komunikasi dengan banyak pihak.Tuntutan terhadap kemampuan pendidik untuk ber-Komunikasi dengan Publik dan Public Speaking yang lebih efektif menjadi semakin tinggi. Seorang pendidik harus memahami pola komunikasi sederhana (setiap pendidik adalah pemimpin, pusat perhatian publik, mampu menarik perhatian publik, dan mampu membuat publik 'terjaga'), dampak suatu komunikasi (tindakan menyampaikan sebuah makna kepada orang lain melalui penggunaan beberapa tanda yang dipahami bersama berupa mempengaruhi, emosiaonal, mengharukan, mengesankan, pendekatan dan perspektif yang menyentuh), komunikasi persuasif (hukum alam bawah sadar sangat berpengaruh dalam mempersuasi dan mempengaruhi orang) dan Personal Branding (lebih dari sekedar cara memasarkan dan mempromosikan diri Anda, Personal Branding merupakan gabungan dari ekspektasi, citra diri, dan persepsi yang timbul dari pemikiran orang lain ketika Nama Anda disebut).
Lebih lengkapnya di ....... https://www.youtube.com/watch?v=01q54xy


Butet Manurung, Selasa 15 September 2020

Literasi bukan hanya melek huruf tapi melek masalah (kebanyakan masyarakat adat dan pedalaman melihat pendidikan sebagai alat untuk memecahkan masalah mereka dengan tetap menjunjung adat istiadat, cinta kampung halaman, bukan meraih gelar tinggi dan gaji yang besar).
Alasan terbentuknya metode SOKOLA (2013) berangkat dari ketidakmampuan sekolah formal mengajarkan kemampuan yang sesuai dengan potensi /kondisi sekitarnya, tidak mengakomodir cara belajar lokal dan sifat alamiah yang dinamis di alam bebas, tidak mengajarkan persoalan kehidupan dan perubahan sekitar anak, tidak mengakomodir nilai dan kebenaran versi lokal yang pada akhirnya memunculkan istilah "sekolah untuk pergi.
Metode SOKOLA mengedepankan literasi dasar (mengajarkan kesadaran kritis dan kepekaan sosial sejak dini), literasi terapan (penguatan identitas kultural oleh pemuka lokal, pengetahuan dunia luar dan akses fasilitas atas hak warga negara), pendidikan yang mendukung advokasi (kaderisasi dan pengorgnaisasian, networking dan berjaringan dengan pihak yang relevan)
Seorang guru harus berprinsip sebagai Guru Humility (human, humus, humble), belajar dulu sebelum mengajar, guru mempunyai tanggung jawab sosial selain mengajar, menagajar merupakan sarana pendidikan bukan tujuan. Pendidikan harus kontekstual berdampak, yaitu berkontribusi dalam kehidupan. Sekolah harus memberi manfaat untuk kehidupan, untuk saat ini, bukan di masa depan. Karena jika kita memelihara hari ini, maka kita memelihara masa depan. Selengkapnya di .....                                       https://www.youtube.com/watch?v=LvJ7Q0Z6iJE 

Iwan Syahril, Selasa 15 September 2020

        Dalam perspektif Merdeka Belajar, seorang guru memandang anak dengan rasa hormat (kuncinya adalah refleksi terhadap kesadaran adanya masalah, kemampuan menggambarkan masalah, kemampuan menyelesaikan masalah dan kemampuan mengambil kesimpulan), mendidik secara holistik atau budi pekerti (tidak ada dua budi pekerti yang sama sehingga kita dapat membedakan orang yang satu dengan yang lain, kebersihan budi (bersatunya cipta, rasa karsa) akan membawa kepada kebijaksanaan). Mendidik secara relevan/kontekstual (kodrat alam dan kodrat zaman). Kerangka utama transformasi GTK berangkat dari tujuan (murid merdeka belajar), strategi (sekolah penggerak), program utama (transformasi kepemimpinan pendidikan, transformasi PPG prajabatan, transformasi pengembangan ekosostem belajar guru, komunitas pendidikan yang bergotong royong, regulasi tata kelola dan koordinasi dengan pemerinta daerah), program-program terkait (kebijakan, teknologi, asesmen, kurikulum).

Profil pelajar Pancasila yaitu pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila (berakhlak mulia, kreatif, gotong royong, berkebhinekaan global, bernalar kritis, mandiri).
Saat ini kita hidup dalam masa transisi, segala sesuatu yang ada di sekita kita mengalami perubahan. Kita tahu yang datang bukanlah pilihan kita, namun merupakan kebutuhan kita (Ki Hajar Dewantara, 1935)          Selengkapnya di ..... https://www.youtube.com/watch?v=0A3z1UqohXM

Asma Nadia, Rabu 16 September 2020

Menulis bukan sekedar ide bagus, menulis berawal dari keresahan, dan buku sebagai kebutuhan, bukan hiburan waktu luang.Kunci membuat tulisan yang menarik yaitu ide (baru dan dekat dengan pembaca), dan teknik penyajian (judul, konflik kuat, setting, penokohan menarik, bentuk cerita, ending yang mengesankan). Menulis itu sebuah perjuangan, diperlukan bebrapa kiat seperti menjadi predator buku, merekam pengalaman hidup, menulis untuk berbagi, jujur dan disiplin, buka mata dan buka telinga, menulis tiap hari dan masuk dalam komunitas menulis.

"Menulis bisa menjadi tiketmu mendunia dan tiketmu ke surga"

Selengkapnya di .......       https://www.youtube.com/watch?v=M1g7OLJRi5k

Wicaksono, Kamis 17 September 2020

Elemen penting dalam membangun sebuah media sosial harus mempertimbangkan dua elemen penting, yaitu strategi konten (pemilihan platform, optimasi bio, tahap produksi, penjadwalan posting, penyesuaian dengan algoritma, pemanfaatan tanda pagar) dan pemasaran (membangun personal branding, optimasi akun media sosial, optimasi website/blog, iklan, email, kolaborasi).

Kiat-kiat membangun sebuah media sosial yaitu menetapkan tujuan yang masuk akal, menentukan khalayak sasaran, menjadi diri sendiri, mencari jejaring bukan pengikut, membuat jadwal editorial, fokus membantu orang lain, berinteraksi dengan khlayak, berkreasi dengan konten visual, rajin promosi dan bersilaturahmi digital, selalu aktif.

Selengkapnya di .......            https://www.youtube.com/watch?v=O4mcQeG--Ew

 R. Eko Indrajit, Jumat 18 September 2020

        Penggunaan media video converence merupakan salah satu media dalam berbagi ilmu pengetahuan karena penggunaanya cepat, mudah dan murah serta dapat menampung banyak peserta/anggota tanpa membutuhkan ruang yang besar. Namun terdapat beberapa permasalahan yang perlu diperhatikan dalam penggunaannya, seperti waktu yang terbatas, sulit membangun chemistry antara audiens dan pemateri, kinerja peranti/devices audiens yang beragam, dan mode komunikasi yang terbatas.
Beberapa kiat dalam melakukan video converence yang  menarik yaitu tujuan berkomunikasi (bukan sekedar menyampaikan pesan, namun membuat orang lain melakukan apa yang diinginkan), pahami fitur-fitur yang disediakan (sesuaikan dengan karaksteristik pertemuan dan tujuan uang ingin dicapai), interaksi dan umpan balik dengan audiens, sesuaikan waktu pelaksanaan telconverence (semakin lama interaksi semakin lemah atensi audiens), perekaman kegiatan (adanya perekaman akan banyak pihak yang menggunakannya kemudian).
Jangan menunggu lama untuk berbagi, tapi segera rekam dan share. Jangan menanti segalanya sempurna, tapi bagikan apa adanya dengan cepat. Jangan hanya menggunakan satu media, tapi manfaatkan sebanyak mungkin media. Jangan mensyaratkan banyak partisipan, tapi lakukan walaupun hanya satu orang. Jangan tergantung pada banyak pihak, tapi lakukan sesuai literasi yang dimiliki. Jangan ragu-ragu untuk mengevaluasi, tapi pelajarilah apa yang dapat diperbaiki.

Selengkapnya di   ......          https://www.youtube.com/watch?v=2p1UA6co_mA

Posting Komentar

0 Komentar